29 Juni 2010

Badai Matahari

Sekilas gambar disamping tampak bibir berukuran super besar, seakan-akan memberikan ciuman dari luar angkasa kepada bumi.

Gambar bintang formasi unik itu berhasil ditangkap oleh kamera milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yaitu Wide-field Infrared Survey Explorer (Wise) yang dirilis tahun 2009.

Bintang yang sebenarnya, yaitu titik putih diantara bibir merah itu, merupakan salah satu lokasi bintang besar dari galaksi Bimasakti.

Bintang semacam ini biasa disebut bintang Wolf-Rayet, setelah para ahli astronomi menemukan beberapa bintang sejenis yang membuat matahari tampak kecil jika dibandingkan.

Dengan nama Cairnae V385 di konstelasi Carina, jarak bintang tersebut sekitar 16 ribu tahun cahaya dari bumi dengan kemampuan 35 kali lebih besar dari matahari dan berdiameter 18 kali lebih besar.

Tentu saja, bintang itu lebih panas dan bersinar dengan lebih dari satu juta kali jumlah cahaya.

NASA menyatakan, bintang yang panas lebih cepat terbakar dan seiring dengan pertambahan usia, maka bintang itu akan meledak lebih keras dan atom yang terpanggang didalamnya.

Isi dari bintang itu akan keluar melalui awal sehingga tampak bersinar, seperti gambar yang ditangkap oleh kamera Wise.

Diibaratkan, proses itu serupa dengan yang terjadi pada bola lampu pijar.
Bintang bergambar menyerupai bibir itu bukanlah yang pertama ditemukan di angkasa.

Bintang Helix Nebula yang juga dikenal dengan sebutan "Mata Tuhan" ditemukan pada tahun 1924 yang gambarnya diambil oleh teleskop besar dari pegunungan di Chili.

Helix berada sekitar 700 tahun cahaya dari konstelasi Aquarius dan bintang itu berukuran hampir sama dengan matahari yang menyinari bumi saat meledak.
Para ahli memperkirakan, matahari yang menyinari bumi akan mengalami hal yang sama sekitar lima miliar tahun mendatang.

Pada 2013 bumi diperkirakan diserang badai matahari. Biaya ekonomi dan sosial akibat badai geomagnetis ini diperkirakan luar biasa.
“Matahari telah terbangun dari tidur yang panjang, dan dalam beberapa tahun mendatang, kami memperkirakan banyaknya peningkatan aktivitas matahari,” ujar Richard Fisher, kepala divisi Heliophysics NASA. “Di saat yang sama, lingkup teknologi kita telah mengembangkan alat sensitif akan badai matahari.”
Komentar Fisher ini muncul di Space Weather Enterprise Forum 2010 minggu lalu di mana para ilmuwan berkumpul untuk mendiskusikan persiapan menghadapi badai matahari besar yang akan menyerang bumi di 2013.
Fisher melihat masalah serius akan hadir pada 2013 di mana aktivitas matahari mencapai puncak. “Saya pikir isu saat ini bahwa masyarakat modern sangat tergantung dengan benda elektronik, ponsel, satelit. Ada beberapa dampak ekonomi soal ini. Kita menganggap hal tersebut sebagai masalah yang sangat serius. Dampak ekonomi dapat terjadi seperti terkena badai atau angin topan besar.”
Dalam sebuah laporan bahkan disebutkan, biaya ekonomi dan sosial akibat dampak badai geomagnetis ini bisa jadi belum pernah dialami sebelumnya.
Seperti dikutip dari The Register, bencana ini diperkirakan menghabiskan biaya sekitar US$2 triliun (Rp18,2 biliun) dan diperkirakan membutuhkan perbaikan selama 4 hingga 10 tahun.
Peneliti di Pusat Sains Atmosfir dan Iklim LAPAN Prof Dr Thomas Djamaludin mengatakan badai matahari tidak berdampak mematikan atau menghancurkan bumi. Dampaknya lebih ke teknologi dan ekonomi.
Sementara badai matahari pernah terjadi pada 2000. Sementara perkembangan teknologi di 2013 tidak jauh berbeda dengan saat puncak aktivitas matahari yang terjadi saat pergantian milenium.
“Sekitar 2000 operator satelit dan pengelola jaringan listrik bisa mengatasi badai matahari. Kita tidak mengalami gangguan yang berarti. Bahkan saat terjadi badai besar 28 Oktober 2003 tidak ada dampak yang dirasakan masyarakat,” kata Thomas.
“Apalagi prakiraan terbaru puncak aktivitas matahari di 2013 tidak setinggi 2000, hanya sekitar 2/3 puncak 2000. Jadi, tidak perlu risau dengan berita kehancuran bumi atau kerusakan hebat pada 2013.”
Saat terjadi badai matahari, partikel berenergi tinggi berupa proton dan elektron dilontarkan dari matahari. Kadang lontaran itu disertai interaksi dengan medan magnet bumi yang menjadikan dampak tambahan.
Bila partikel itu mengarah ke bumi, fasilitas pertama yang terkena dampaknya adalah satelit. Setelah itu yang terkena adalah jaringan listrik di wilayah lintang tinggi.
Tapi badai matahari tidak berdampak langsung pada manusia di permukaan bumi. Jadi, hanya dampak teknologi dan ekonomi yang mungkin terjadi, sebut Thomas.
Badai matahari sebenarnya bukan hanya saat puncak yang diperkirakan 2013. Ledakan di matahari bisa terjadi sewaktu-waktu. Hanya saja frekuensi kejadiannya paling banyak saat puncak aktivitas matahari.
Namun lebih sering terjadi bukan berarti paling kuat. Dan tidak ada seorang pakar yang bisa memperkirakan kapan badai matahari paling besar akan terjadi. Walau perkiraan kasarnya bisa dibuat, yaitu sekitar puncak aktivitas matahari, sebelum atau sesudahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar